Minggu, 19 Mei 2019

Contoh Makalah Komunikasi


Bab I
A.   Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
                  Komunikasi merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan masyarakat. Semua kegiatan dalam kehidupan masyarakat  memerlukan komunikasi dalam proses mempermudah aktifitas kegiatan nya.
Dan dalam komunikasi terdapat teori-teori yang harus di pahami oleh setiap komunikator nya, agar pesan yang di sampaikan mudah di terima dan di cerna oleh komunikan (penerima pesan).
Di dalam teori komunikasi ini  pula terdapat  teori tradisi komunikasi yang akan kita bahas dalam makalah ini.
Tradisi teori komunikasi sendiri merupakan pembelajaran bagaimana kita memahami keragaman pendekatan yang memengaruhi pengetahuan kita tentang komunikasi.

1.2 Rumusan Masalah
·         Apa yang dimaksud dengan Teori,tradisi, dan komunikasi …?
·         Apa yang dimaksud dengan teori tradisi komunikasi…………..?
·         Apa saja jenis-jenis teori tradisi komunikasi……………….?

        1.3 Tujuan
·         Definisi Teori , Tradisi , dan Komunikasi.
·         Definisi Teori tradisi komunikasi.
·         Jenis-jenis Teori tradisi komunikasi.





Bab II
B. Pembahasan


c. Ttadisi Sibenetika ((Komunikasi untuk memproses informasi)
            Sibernetika merupakan  tradisi sistem kompleks yang di dalam nya banyak orang saling berinteraksi, memengaruhi satu sama lain nya. Teori-teori dalam sibernetika menjelaskan bagaimana proses fisik, biologis, sosial,dan perilkaku bekerja. Dalam sibernetika, komunikasi dipahami sebagai sistem bagian-bagian atau variable-variael yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, membentuk , serta mengontrol karakter keseluruhan sisitem,dan layaknya organism, menerima keseimbangan dan perubahan.[1]
Tradisi sibernetika memandang komunikasi sebagai mata rantai untuk menghubungkan bagian-bagian yang terpisah dalam suatu sistem. Tradisi sibernetika mencari jawaban atas pertanyaan “How can we get the bugs out of this system?”
Ide komunikasi untuk memproses informasi dikuatkan oleh Claude Shannon dengan penelitiannya pada perusahaan Bell Telephone Company. Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa informasi hilang pada setiap tahapan yang dilalui dalam proses penyampain pesan kepada penerima pesan. Sehingga pesan yang diterima berbeda dari apa yang dikirim pada awalnya. Bagi Shannon, informasi adalah sarana untuk mengurangi ketidakpastian. Tujuan dari teori informasi adalah untuk memksimalkan jumlah informasi yang ditampung oleh suatu sitem. Dalam hal ini, gangguan (noise) mengurangi jumlah kapasitas informasi yang dapat dimuat dalam suatu sistem.Shannonmendeskripsikan hubungan antara informasi, gangguan (noise) dan kapasitas sistem dengan persamaan sederhana, yaitu : kapasitas sistem = informasi + gangguan (noise).[2]
D. Tradisi Sosiopsikologis(Komunikasi sebagai pengaruh antar pribadi)
            Tradisi sosio-psikologi merupakan contoh dari perspektif ilmiah atau objektif. Dalam tradisi ini, kebenaran komunikasi dapat ditemukan dengan dapat ditemukan dengan teliti – penelitian yang sistematis. Tradisi ini melihat hubungan sebab dan akibat dalam memprediksi berhasil tidaknya perilaku komunikasi. Carl Hovland dari Universitas Yale meletakkan dasar-dasar dari hal data empiris yang mengenai hubungan antara rangsangan komunikasi, kecenderungan audiens dan perubahan pemikiran dan untuk menyediakan sebuah kerangka awal untuk mendasari teori. Tradisi sosio-psikologi adalah jalan untuk menjawab pertanyaan “What can I do to get them change?”[3]
Dalam kerangka “Who says what to whom and with what effect” dapat dibagi menjadi tiga sebab atau alasan dari variasi persuasif, yaitu :
Who – sumber dari pesan (keahlian, dapat dipercaya)
What – isi dari pesan (menarik dengan ketakutan, mengundang perbedaan pendapat)
Whom – karakteristik audiens (kepribadian, dapat dikira untuk dipengaruhi)           
Efek utama yang diukur adalah perubahan pemikiran yang dinyatakan dalam bentuk skala sikap baik sebelum maupun sesudah menerima pesan. Dalam hal ini kredibilitas sumber amat sangat menarik perhatian.Adadua jenis dari kredibilitas, yaitu keahlian (expertness) dan karakter (character). Keahlian dianggap lebih penting daripada karakter dalam mendorong perubahan pemikiran.[4]
Tradisi dalam sosiopsikologis dalam dibagi kedalam tiga cabang besar ; 1) perilaku; 2) kognitif; 3) biologis.
Dalam sudut pandang perilaku teori-teori berkonsentrasi pada bagaimana manusia berprilaku dalam situasi-situasi komunikasi.
Pendekatan kedua, yaitu teori kognetif yang cukup banyak digandrungi saat ini.cabang ini berkosentrasi pada bagaimana individu,memperoleh, menyimpan, dan memproses informasi dalam cara yang mengarahkan output prilaku.
Variasi umum yang ketiga adalah dari sudut pandang biologis. Para ahli percaya bahwa banyak dari sifat, cara berpikir, dan prilaku individu di ikat secara biologis dan di dapat buka hanya dari pembelajaran atau faktor-faktor situasi melainkan dari pengaruh-pengaruh neorobilogis sejak lahir.
E. Tradisi Sosiokultural (Komunikasi adalah ciptaan realitas sosial)
Tradisi ini memfokuskan diri pada bentuk-bentuk interaksi antar manusia daripada karakteristik individu atau model mental. Interaksi merupakan proses dan tempat makna, peran, peraturan, serta nilai budaya yang di 
Jalankan. Meskipun individu memproses informasi secara kognetif, tradisi ini kurang tertarik pada komunikasi tingkat individu. Malahan, para peneliti dalam tradisi ini ingin memahami cara-cara yang di dalamnya manusia bersama-sama menciptakan realitas kelompok social mereka,organisasi,dan budaya.Tentu saja, kategori yang digunakan oleh individu dalam memproses informasi di ciptakan secara social dalam komunikasi, berdasarkan pada tradisi sosiokultural.
Para peneliti sosiokultural cendrung menganut ide bahwa realitas itu di bentuk oleh bahasa, sehingga apapun yang ‘’ditemukan” harus benar-benar dipengaruhi oleh bentuk-bentuk interaksi prosedur penelitian itu sendiri. Teori-teori tersebut cendrung berhubungan dengan bagaaimana makna diciptakan dalam interaksi tersebut.
Para ahli sosiokultular memfokuskan diri pada bagaimana identitas dinegoisasikan dari satu situasi ke situasi lainnya. Budaya juga dilihat sebagai bagia penting atas apa yang dibuat dalam interaksi social. Pada giliran nya budaya membentuk konteks bagi tindakan dan interprestasi. Komunikasi merupakan sesuatu yang terjadi diantara manusia,sehingga komunitas dianggap sangat penting dalam banyak teori tersebut.
Keragaman dalam Tradisi Sosiokultural                
          Layaknya semua tradisi, sosiokultural memiliki beragam sudut pandang yang berpengaruh paham interaksi simbolis( symbolic interactionism), konstruksionisme( constructionisme), sosiolinguistik,filosofi bahasa,etnografi, dan etnometodologi. Paham interaksi simbolis berasal dari kajian sosiologi melalui penelitian Herbert Blumer dan George Herbert Mead yang menekan kan pentingnya observasi partisipan dalam kajian komunikasi sebagai cara dalam mengeksplorasi hubungan-hubungan social . Ide pokok dari paham interaksi simbolis telah diadopsi di elabirasi oleh banyak pakar social serta saat ini dimasukkan kedalam kajian kelompok, emosi, diri, politik, dan struktur social.[5]
Pengaruh ketiga dalam tradisi sosiokultural teori komunikasi adalah sosiolinguistik atau kajian bahasa dan budaya. Hal yang penting dalam tradisi ini adlah bahwa manusia menggunakan bahasa secara berbeda dalam kelompok budaya dan kelompok social yang berbeda. Bukan hanya media netral bahasa juga masuk ke dalam bentuk yang menentukan jati diri kita sebagai makhluk social dan berbudaya.
Hal yang sangat erat kaitannya dengan sosiolingiustik adalah karya philosophy of language( pilosofi bahasa), yang utamanya berupa “filosofi bahasa biasa”. Ludwig Wittgenstein filsuf asal Australia yang mencetuskan sudu pandang ini,menyarankan bahwa makna bahasa bergantung pada penggunaan nyatanya. Bahasa, seperti yang digunakan dlam kehidupan sehari-hari,merupakan permainan bahasa karena manusia mengikuti aturan-aturan dalam mengerjakan sesuatu melalui bahasa.[6]
Sudut pandang lain yang berpengaruh dalam pendekatan sosiokultural adalah etnografi atau  observasi tentang bagaimana kelompok social membangun makna melalui perilaku linguistic dan non linguistic mereka. Etnografi melihat bentuk-bentuk komunikasi yang digunakan dalam kelompok social tertentu , kata-kata yang mereka gunakan, dan apa makna nya bagi mereka, sebagaimana makna-makna bagi bagi keragaman perilaku,visual,dan respons audio.
 Akhirnya, tradisi sosiokultural telah dipengaruhi oleh etnometodologi(ethnomethodology) atau observasi yang cermat akan perilaku-perialku kecil dalam situasi-situasi nyata. Etnometodologi terutama dihubungkan dengan ahli sosiologi Harorld Garfinkel, pendektan ini melihat percakapan,termasuk cara-cara partisipan mengelola alur percakapan dengan bahasa dan perilaku nonverbal.

F. Tradisi Kritik (Komunikasi sebagai cerminan tantangan atas percakapan yang tidak adil)

              Meskipun banyak keragaman tradisi kritik,semuanya sama-sama memiliki tiga keistimewaan pokok. Pertama,tradisi kritik mencoba memahami sistem yang sudah di anggap benar,struktur kekuatan, dan keyakinan – atau- ideology –yang mendominasi masyarakat,dengan pandangan tertentu dimana minat-minat disajikan oleh struktur-struktur kekuatan tersebut.
Kedua, para ahli teori kritik pada umumnya tertarik dengan membuka kondisi-kondisi sosial yang menindas dan rangkaian kekuatan untuk mempromosikan emansipasi atau masyarakat yang lebih bebas dan lebih berkecukupan.
Teori kritik yang ketiga, menciptakan kesadaran untuk menggabungkan teori dan tindakan. Teori-teori tersebut besrsifat normative dan bertindak untuk mendapatkan atau mencapai perubahan dalam kondisi-kondisi yang memengaruhi masyarakat atau seperti yang dinyatakan Della Pollock dan J. Robert Cox. “untuk membaca dunia dengan pandangan yang dapat membentuknya”.
Teori-teori kritik sangat luas, sehingga teori-teori tersebut selalu sulit ditempatkan dan dikelompokan dalam keseluruhan teori komunikasi.
Keragaman dalam tradisi kritik
 Meskipun tradisi kritik telah muncul sejak Marx dan Friedrich Engels,marxisme merupakan cabang induk dari teori kritik. Marx mengajarkan bahwa cara-cara produksi dalam masyarakat menentukan sifat dari masyarakat. Oleh karena itu ekonomi adalah dasar dari semua struktur sosial. Dalam sistem kapitalis,keuntungan mendorong produksi,suatu proses yang berakhir dengan menekan buruh atau pekarja. Saat ini teori kritik marxis sangat berkembang,meskipun teori ini telah bercabang dan multiteoretis.Beberapa ahli teori kritik saat ini dengan senang hati mengadopsi ide-ide Marx pada ekonomi politik,meskipun perhatian dasar akan konflik dialektik, dominasi, dan penindasan tetap penting.Teori kritik saat ini sering dinamakan “ neo marxis” atau “marxis”.
Frankfurt School adalah cabang kedua dari teori kritik dan faktanya sangat bertanggung jawab terhadap kemunculan istilah critical theory: Frankfurt school masih sering digambarkan sebagai persamaan dengan istilah teori kritik (critical theory). Frankfurt School merupakan Marxis dalam inspirasinya; pertama, pengikut nya melihat kapitalisme sebagai tahap evolusi perkembangan sosiolisme dan kemudian komunisme.[7]
Berikut nya Teori post- kolonialisme mengacu pada kajian “ semua kebudayaan dipengaruhi oleh proses kekaisaran dari era kolonialisme sampai hari ini. Inti dari teori post-kolonialisme adalah gagasan yang dikemukakan oleh Edward Said bahwa proses penjajahan menciptakan “kebedaan yang bertanggung jawab bagi gambaran yang distereotipkan pada populasi kulit putih.
Akhirnya, kajian feminis telah bertahun-tahun berpengaruh dalam tradisi kritik. Feminisme didefinisikan secara beragam, mulai dari pergerakan untuk menyelamatkan hak-hak wanita sampai semua bentuk usaha penekanan.
G. Tradisi Retorika (Komunikasi sebagai seni berbicara didepan umum)
 Retorika melibatkan sebuah rhetor atau penggunaan simbol yang menciptakan sebuah teks atau artefak khusus untuk audiensi, bermasalah dengan ragam desakan situasional.
Pada zaman pertengahan (400-1400 Masehi) retorika berfokus pada permasalahan penyusunan dan gaya.
Renainssnce (sekitar 1300-1600 Masehi) memandang sebuah kelahiran kembali dari retorika sebagai filosofi seni. Francis Bacon, mencari persepsi petunjuk dengan penelitian empiris, berpendapat bahwa kewajiban retorika adalah untuk “lebih baik mengaplikasikan alasan dengan imajinasi supaya sesuai dengan keinginan.”
 Ada enam keistimewaan karakteristik yang berpengaruh pada tradisi komunikasi retorika, yaitu : (1) sebuah keyakinan yang membedakan manusia dengan hewan dalam kemampuan berbicara, (2) sebuah kepercayaan diri dalam berbicara didepan umum dalam sebuah forum demokrasi, (3) sebuah keadaan dimana seorang pembicara mencoba mempengaruhi audiens melalui pidato persuasif yang jelas, (4) pelatihan kecakapan berpidato adalah landasan dasar pendidikan kepemimpinan, (5) sebuah tekanan pada kekuasaan dan keindahan bahasa untuk merubah emosi orang dan menggerakkannya dalam aksi, dan (6) pidato persuasi adalah bidang wewenang dari laki-laki.











Bab III
C.Kesimpulan






















Bab IV
DAFTAR PUSTAKA










[1] Buku; Stephan. W.LittleJhon.,Teori Komuniasi.hal 59



Tidak ada komentar: