Tampilkan postingan dengan label website. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label website. Tampilkan semua postingan

Minggu, 20 Oktober 2019

Jurnalisme Publik dan Jurnalistik Warga

Jurnalisme Publik Vs Jurnalistik Warga 

Jurnalisme

Kewartawanan atau jurnalisme (berasal dari kata journal) mempunyai arti catatan harian atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, dapat juga diartikan sebagai surat kabar. Journal berasal dari istilah bahasa Latin diurnalis, yaitu orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik.
Di Indonesia, istilah "jurnalistik" dulu dikenal dengan "publisistik". Dua istilah ini tadinya biasa dipertukarkan, hanya berbeda asalnya. Beberapa kampus di Indonesia sempat menggunakannya karena berkiblat kepada Eropa. Seiring waktu, istilah jurnalistik muncul dari Amerika Serikat dan menggantikan publisistik dengan jurnalistik. Publisistik juga digunakan untuk membahas Ilmu Komunikasi.

https://www.youtube.com/watch?v=dMKr4nrS_WM

Kewartawanan dapat dikatakan "coretan pertama dalam sejarah". Meskipun berita seringkali ditulis dalam batas waktu terakhir, tetapi biasanya disunting sebelum diterbitkan.
Para wartawan seringkali berinteraksi dengan sumber yang kadangkala melibatkan konfidensialitas. Banyak pemerintahan Barat menjamin kebebasan dalam pemberitaan (pers).
Aktivitas utama dalam kewartawanan adalah meliput, mengolah, dan menyajikan sebuah informasi dalam bentuk berita kepada khalayak. Selain itu, dapat juga dikatakan sebagai pelaporan kejadian dengan menyatakan siapa, apa, kapan, di mana, mengapa dan bagaimana (dalam bahasa Inggris dikenal dengan 5W+1H) dan juga menjelaskan kepentingan dan akibat dari kejadian atau yang sedang hangat (trend). Kewartawanan meliputi beberapa media: koran, televisi, radio, majalah dan internet sebagai pendatang baru.


Jurnalisme Publik (public journalism)Jurnalisme publik disebut juga “jurnalisme kewarganegaraan” (civic journalism) dalam arti jurnalisme yang mengabdi kepada kepentingan umum atau warga negara.
praktik jurnalistik atau pemberitaan tentang masalah yang menyangkut kepentingan umum di tengah masyarakat dan melibatkan warga.
upaya untuk menjangkau publik secara lebih agresif dalam proses pelaporan, untuk mendengarkan bagaimana warga negara membingkai masalah mereka dan apa yang dilihat warga sebagai solusi untuk masalah itu …. dan kemudian menggunakan informasi itu untuk memperkaya berita.
Jurnalisme publik dipraktekkan oleh surat kabar dan stasiun radio dan televisi di banyak bagian AS dan di seluruh dunia.

Civic journalism is an effort to reach out to the public more aggressively in the reporting process, to listen to how citizens frame their problems and what citizens see as solutions to those problems…. and then to use that information to enrich news stories.
Civic journalism is practiced by newspapers and radio and television stations in many parts of the U.S. and around the world. (Democracy Place)

Wikipedia mencatat, jurnalisme publik adalah ide mengintegrasikan jurnalisme dalam proses demokrasi. Media tidak hanya menginformasikan publik, tetapi juga bekerja terhadap melibatkan warga dan menciptakan debat publik.

Visi Jurnalisme Publik

Konsep jurnalisme publik dipopulerkan Jay Rosen di Amerika Serikat era 1990-an. Rosen gelisah melihat kinerja jurnalitistik media Amerika yang sama sekali terlepas dari masyarakatnya. Seakan-akan terdapat jarak antara apa yang ditampilkan wartawan dengan apa yang diinginkan warga masyarakat.
Realitas yang ditampilkan media nampaknya terpisah dari realitas sosial masyarakat. Pemberitaan media bersifat elitis, hanya menampilkan segelintir warga masyarakat.
Rosen berusaha mempertemukan kedua realitas tersebut dengan mencoba menyuguhkan pemberitaan sedemikian rupa sehingga mampu mendorong warga masyarakat untuk ikut terlibat, peduli terhadap permasalahan mereka serta berupaya menyelesaikan masalah menurut cara mereka sendiri. Konsep inilah yang kemudian disebut jurnalisem publik (public journalism).
Visi konsep jurnalisme publik adalah media sebagai ruang publik seharusnya menjadi wadah untuk mempersatukan semua warga masyarakat untuk saling berbicara, berdialog, membahas permasalahan publik dan mencari solusi terhadap masaah tersebut secara bersama-sama.
Menurut Direktur Eksekutif Center for Community Journalism and Development Filipina, Redmond Batario, konsep jurnalisme publik muncul karena adanya beberapa kelemahan dalam praktik jurnalistik konvensional.
Wartawan sering terjebak dalam pada sindrome bad news is good news. Berita cenderung bersifat dari atas ke bawah (top-down) dengan mengutip berbagai berbagai pernyataan pejabat pemerintah atau swasta.
Jadi, agenda setting media lebih bersifat elitis atau dibuat oleh segelintir orang kuat. Tidak ada ruang yang cukup bagi warga masyarakat untuk menjadi narasumber dan agenda mereka sendiri.  Wartawan seperti terpisah dari realitas warga masyarakat yang dikonstruksi dalam media.
“Kita sering mengatakan ada masalah dalam masyarakat, tapi kita tidak menanyakan kepada mereka apakah itu memang masalah mereka,” kata Batario.
Meski demikian, konsep jurnalisme publik sama sekali tidak berpretensi mengubah konsep tradisional jurnalistik yang berupaya mengedepankan objektivitas, keberimbangan (balance), fairness, dan akurasi berita.
Jurnalisme publik hanya menambahkan satu aspek, yakni humanizing; pelibatan warga masyarakat dalam melihat masalah.
Jurnalisme publik memberi kesempatan yang luas kepada masyarakat untuk berdialog dan berdebat tentang segala hal yang mempengaruhi kehidupan mereka.
Sekadar ilustrasi, jika media mengupas masalah korupsi, ia tidak hanya berhenti dengan menulis berita tersebut dari konferensi pers KPK atau pernyataan presiden, menteri, dan anggota paremen. Media juga harus memberi kesempatan kepada masyarakat untuk melanjutkan debat tersebut hingga tercapai solusi.

Praktik Jurnalisme Publik

Dalam praktik jurnalisme publik, wartawan peduli dengan persoalan warga (pembaca) serta ikut terlibat dalam menyelesaikan persoalan itu secara langsung, memberikan penyadaran kepada masyarakat atas persoalan yang dihadapi.
.Jurnalisme publik menjadikan media sebagai “forum diskusi” dengan cara memberikan lebih banyak porsi untuk anggota masyarakat menyampaikan berbagai permasalahan yang ada.
Bukan hanya memberitakan peristiwa atau fenomena dalam sikap yang objektif dan imparsial, tapi wartawan juga lebih menyatu dan terlibat dalam membimbing dan mendorong warga untuk melakukan sesuatu untuk mengatasi masalah yang ada.
Contoh, wartawan/media secara konsisten memberitakan persoalan banjir, namun tidak hanya menjadikan pihak pemkot, tokoh masyarakat, pengamat, dan para ahli dan aktivis lingkungan sebagai narasumber, tapi juga mengajak warga biasa (pembaca, warga kota) untuk ikut terlibat dalam diskusi pemecahan masalah banjir, mengampanyekan alternatif penyelesaian masalah, dan membuat warga mengambil alternatif itu.
Konsistensi pemberitaan (ekspos) dilakukan tidak hanya berupa berita langsung (straight news) atau berita opini (opinion news), tapi juga dalam bentuk berita mendalam (in-depth news), bahkan jika perlu melaksanakan jurnalisme investigasi (investigative reporting).
Laporan jurnalistik yang bisa membawa perubahan adalah ketika laporan itu berhasil mengungkap akar persoalan dan menunjukkan apa saja yang harus diperbaiki.


Jurnalisme warga

Jurnalisme warga (bahasa Inggris: citizen journalism) adalah kegiatan partisipasi aktif yang dilakukan oleh masyarakat dalam kegiatan pengumpulan, pelaporan, analisis serta penyampaian informasi dan berita. Dalam jurnalisme warga, masyarakat tidak hanya menjadi konsumen media tapi juga bisa terlibat dalam proses pengelolaan informasi itu sendiri. Pelibatan itu meliputi membuat, mengawasi, mengoreksi, menanggapi, atau sekadar memilih informasi yang ingin dibaca. Karena itu, dikatakan bahwa jurnalisme warga tidak hanya memberi tempat tapi juga menyarankan dan mendorong pembaca untuk terlibat di dalamnya. 



Jurnalisme warga muncul saat Mrak Drudge menuliskan berita terkait perselingkuhan Bill Clinton dengan stafnya pada 19 Januari 1998 di internet. Konsep jurnalisme warga berkaitan dengan civic journalism atau public journalism di Amerika Serikat setelah pemilihan presiden 1998. Gerakan tersebut muncul karena masyarakat mengalami krisis kepercayaan terhadap media-media mainstream dan kecewa terhadap kondisi politik pada masa itu. Inti dari jurnalisme warga ialah masyarakat berperan sebagai objek sekaligus subjek berita.
Perkembangannya di Indonesia, salah satunya dipicu pada tahun 2004 saat terjadi tragedi Tsunami di Aceh yang diliput sendiri oleh korban tsunami. Terbukti berita langsung dari korban dapat mengalahkan berita yang dibuat oleh jurnalis profesional.


Sebagai suatu bentuk kegiatan jurnalistik, jurnalisme warga atau yang biasa diartikan sebagai jurnalisme publik, jurnalisme warga memiliki beberapa prinsip dasar:
  • Pewarta atau reporternya adalah pembaca, khalayak ramai, atau siapapun yang memiliki informasi tertentu.
  • Berita atau informasi yang diterbitkan dapat diberikan komentar, koreksi, serta klarifikasi oleh siapapun.
  • Karena tidak dibawah naungan sebuah perusahaan media, maka biasanya jurnalisme warga tidak berorientasi pada keuntungan (non profit)
  • Sampai saat ini masih didominasi oleh media-media daring
  • Terdapat komunitas-komunitas yang sering melakukan pertemuan
  • Tidak membedakan pewartanya merupakan profesional atau amatir
  • Tidak ada seleksi ketat terhadap beritanya yang hendak disebarkan
  • Ada yang dikelola secara profesional namun ada juga yang sekadar amatir
  • Interaksi antara pembaca dan penulis dapat berlangsung melalui kontak komentar atau email
Jurnalisme warga dibagi dalam beberapa bentuk yakni:
  • Pemberdayaan masyarakat. Yang termasuk dalam kategori ini ialah komentar yang dicantumkan dalam sebuah berita, blog pribadi, foto atau video yang direkam dari kamera telepon genggam, ataupun berita yang ditulis oleh suatu komunitas)
  • Berita independen atau web seperti consumer reports, drudge report
  • Partisipasi pada berita situs (web partisipatoris)
  • Situs media kolaboratif.
  • Tulisan dalam milis atau e-mail
  • Situs pemancar pribadi.

    Kegiatan jurnalisme warga dilakukan secara bebas oleh setiap individu, maka etika sebagai seorang individu dan jurnalis warga harus selalu dijunjung. Artinya segala hal yang ditulis atau diunggah di platform media apapun, itu akan menjadi bersifat publik. Maka sebagai seorang jurnalis warga harus dapat membedakan mana tulisan pribadi atau hanya menyangkut kepentingan penulis, dengan tulisan yang dapat dibaca atau dikonsumsi oleh khalayak atau masyarakat umum.
    Undang-Undang Informasi Transaksi Elektronik (ITE) merupakan salah satu batasan atau aturan bagi jurnalis termasuk jurnalis warga, karena memang belum ada satu undang-undang yang mengatur jurnalis warga ini. Undang-undang ini berisi tentang aturan akan perbuatan yang dilarang dalam internet, yaitu tentang pencemaran nama baik, pornografi, konten SARA, dan lainnya.

    Jurnalisme warga mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya:
    • Murah, cepat dan mudah diakses. Dengan adanya warga yang tersebar dan dekat dengan peristiwa, maka berita akan cepat didapat, selain itu berita yang didapat oleh media tak jarang juga gratis. Akses terhadap berita juga sangat mudah, karna publikasi yang dilakukan dapat melalui berbagai media seperti sosial media atau media daring lain.
    • Memberi masyarakat ruang untuk berpendapat. Salah satu manfaat jurnalisme warga ialah untuk memberi ruang berpendapat bagi masyarakat, sehingga demokrasi juga menjadi salah satu nilai yang muncul dengan adanya jurnalisme warga.
    • Munculnya sudut pandang baru. Banyaknya masyarakat dengan sudut pandang yang berbeda dalam melihat suatu peristiwa menghadirkan berita yang beragam serta dekat dengan masyarakat.
    • Self regulatory. Berita yang dilaporkan tidak terikat pada suatu peraturan.
    • Menjadi pengganti media tradisional dalam melaporkan berita jurnalis warga dapat menggantikan jurnalis profesional dengan menangkap peristiwa-peristiwa khusus, atau yang terjadi ditempat tertentu yang tidak memungkinkan bagi jurnalis profesional untuk meliput.

    • Meningkatkan budaya tulis dan baca masyarakat. Blog dan juga media sosial menjadi sarana menulis dan membaca yang baik bagi masyarakat.
    • Mendukung fungsi watch dog (kontrol sosial)
    • Masyarakat yang bebas berpendapat tentu dapat mengontrol kekuasaan pemerintah. Hal tersebut dapat semakin memperkuat fungsi media karena media tradisional terikat peraturan sehingga tidak semua informasi dapat diinformasikan,sedangkan jurnalisme warga tidak terikat oleh peraturan.

      Jurnalisme warga juga memiliki beberapa kekurangan, yakni: 

      • Munculnya berita bohong, kualitas yang rendah, dan kesulitan verifikasi. Adanya kebebasan dan ketiadaan aturan membuat berita yang dipublikasi terkadang memiliki kualitas rendah selain itu juga kebenaran berita yang tidak pasti menjadi sesuatu yang patut untuk diantisipasi.
      • Kelemahan profesionalitas. Jurnalis warga bukanlah profesional, sehingga banyak menggunakan prasangka dan kurang objektif, cara pelaporan berita juga menjadi terpengaruh.
      • Tidak representatif
      • Masih banyak masyarakat yang tidak mau berpendapat dikarenakan ketakutan akan perbedaan pendapat sehingga berbagai perspektif yang ada juga juga belum representatif.

        Perbedaan Jurnalisme Publik & Jurnalisme Warga

        Berbeda dengan jurnalisme warga (citizen journalism) yang merujuk pada aktivitas jurnalistik atau produksi dan publikasi berita yang dilakukan warga biasa (bukan wartawan), jurnalisme publik dilakukan wartawan profesional yang bekerja di sebuah media.
        Jurnalisme publik mengekspos masalah yang dihadapi masyarakat (to cover) dan membantu mencari solusi. Jurnalisme warga memberikan informasi atau membagikan opininya kepada publik (to share).
        Jurnalisme publik dan jurnalisme warga sama – sama menggunakan masyarakat (citizen, civic) sebagai objek utama. Namun, dalam jurnalisme publik, masyarakat di posisikan sebagai objek, sedangkan dalam jurnalisme warga, masyarakat tidak hanya berada dalam posisi objek, tetapi juga sebagai subjek (pelaku).
        Menurut Bob Franklin dkk. dalam buku Key Concepts in Journalism Studies (2004:214), dalam jurnalisme publik, media pers tidak hanya menyiarkan berita kepada khalayak, tetapi juga medorong khalayak untuk menciptakan debat publik.
        Titik tolak jurnalisme publik adalah tanggung jawab wartawan untuk mempromosikan komitmen warganegara dan partisipasinya dalam proses demokratisasi. Jurnalisme harus mempromosikan dan membantu menyempurnakan kualitas kehidupan publik.
        Wartawan/media harus menyiarkan berita yang bertolak dari padangan warga negara biasa. Mereka tidak menyiarkan berita yang faktanya bersumber dari elit politik atau para penguasa.
        Wartawan dalam jurnalisme publik bukan hanya memosisikan diri sebagai karyawan perusahaan media pers, namun juga memosisikan khalayak (publik) sebagai warga negara yang harus memperoleh informasi yang lengkap tentang kehidupan publik, perkembangan politik, dan suasana sosial kontemporer.
        Jurnalisme publik memberi kesempatan yang luas kepada masyarakat berdialog dan berdebat tentang segala hal yang mempengaruhi kehidupannya. Media memberi kesempatan kepada masyarakat untuk mencari solusinya sendiri. Dengan demikian, berita dalam konsep jurnalisme publik berasal dari bawah (bottom up).