Kenali seseorang melalui cara berpakaiannya, gaya berpakaian dan gaya fashion seseorang ternyata bisa mengungkapkan karakter dalam diri mereka.
1. Pakaian Anti Aksesoris
Bisa dibilang, gaya ini sering banget kamu temui oleh beberapa orang yang ada di sekitarmu.
Baju polos dengan warna hitam atau putih, dan tidak pakai aksesoris yang aneh-aneh.
Ternyata, di balik hal itu, buat kamu yang sering berpakaian seadanya alias nggak aneh-aneh, merupakan orang yang terjebak di zona aman . Tipe orang yang menggunakan style ini adalah orang yang tidak berani ambil tantangan, atau bahkan sampai takut menjadi pusat perhatian.
2. Pakai Baju Kegedean atau Oversize
Tidak hanya itu, motif polkadot juga melambangkan kepribadian optimistis seseorang. Hingga pada akhirnya sifat itu membuat seseorang cepat bangkit saat terpuruk ataupun dalam kesedihan.
2. Animal Print
3. Motif Floral
Semakin kecil ukuran bunganya atau semakin berdekatan letak bunganya, maka semakin kuat sisi feminin yang dimilikinya. Sebaliknya, jika semakin besar ukuran atau jarak bunganya, maka hal itu menunjukkan semakin kecil sisi femininnya.
4. Motif Garis
Selain itu, orang yang kerap menggunakan pakaian motif ini juga menginginkan untuk diperhatikan. Secara sadar atau tidak, orang-orang yang menyukai motif ini selalu berusaha untuk menciptakan keteraturan serta perbaikan dirinya agar terhindar dari kekacauan.
5. Motif Kotak-Kotak
Sejurus filosofi itu, bagi seseorang yang kerap tampil dengan pakaian motif ini diidentikkan dengan kepribadian yang tidak ingin terikat dengan aturan tertentu. Selain itu, mereka juga siap memberontak jika ada yang berusaha menghambat langkahnya.
6. Motif Polos
Bagaimana? Motif apa yang kamu sukai dalam memilih pakaian? Apa pun motifnya, tentunya yang terpenting adalah kenyamanan saat menggunakan sehingga merasa percaya
The Conventional Dresser
Cara berpakaian ‘conventional dresser’ umumnya terlihat sangat sederhana, berwarna abu-abu, hitam, pastel atau warna pucat lainnya. Di sekolah, kampus atau kantor, orang yang cara berpakaiannya ‘conventional dresser’ akan lebih mengutamakan penggunaan seragam tanpa membuat pakaiannya lebih ketat, pendek atau pun tampak keren.
Mereka yang tergolong sebagai ‘conventional dresser’ memiliki kepribadian yang tertutup, introvert dan konservatif. Mereka umumnya pemalu, kurang percaya diri, membosankan, enggan mengambil risiko dan lebih memilih untuk memakai pakaian yang membuatnya mudah diterima oleh masyarakat bukan sesuai keinginan pribadi. Mereka akan memastikan perhatian tidak terpusat pada diri mereka dan cara berpakaian adalah salah satu cara efektif untuk pemastiannya.
Mereka yang tergolong sebagai ‘conventional dresser’ memiliki kepribadian yang tertutup, introvert dan konservatif. Mereka umumnya pemalu, kurang percaya diri, membosankan, enggan mengambil risiko dan lebih memilih untuk memakai pakaian yang membuatnya mudah diterima oleh masyarakat bukan sesuai keinginan pribadi. Mereka akan memastikan perhatian tidak terpusat pada diri mereka dan cara berpakaian adalah salah satu cara efektif untuk pemastiannya.
The Sloppy Dresser
Cara berpakaian ‘sloppy dresser’ tergolong santai. Bahkan, dinilai terlalu santai. Ukuran baju dua atau tiga kali lebih besar dari tubuh, terkadang dalam kondisi lecek, kotor atau robek-robek. Ini tentunya tidak cocok untuk dikenakan ke kantor atau tempat resmi lainnya.
Orang yang cara berpakaiannya seperti ini memiliki pemikiran yang cukup radikal dan bertolak belakang dengan segala hal yang bersifat konvensional. Kepribadiannya cukup keras, acuh tak acuh, melambangkan ketidakdewasaan, minimnya motivasi dan juga kurang pedulian.
Namun di lain sisi, cara berpakaian ini juga bisa diartikan sebagai kenyamanan dan kepercayaan diri akan suatu hal. Mereka enggan mengikuti arus dan didikte oleh masyarakat.
Orang yang cara berpakaiannya seperti ini memiliki pemikiran yang cukup radikal dan bertolak belakang dengan segala hal yang bersifat konvensional. Kepribadiannya cukup keras, acuh tak acuh, melambangkan ketidakdewasaan, minimnya motivasi dan juga kurang pedulian.
Namun di lain sisi, cara berpakaian ini juga bisa diartikan sebagai kenyamanan dan kepercayaan diri akan suatu hal. Mereka enggan mengikuti arus dan didikte oleh masyarakat.
The Casual Chic Dresser
Cara berpakaian 'casual chic dresser’ hampir sama dengan ‘conventional dresser’, namun yang membedakan adalah kemauan ‘casual chic dresser’ untuk menambahkan sedikit sentuhan pada pakaiannya agar tidak terlihat membosankan. Wanita akan menambahkan perhiasan dan pria akan menggunakan dasi yang lebih berwarna ketika mereka ke kantor.
Mereka yang cara berpakaiannya seperti ini umumnya lebih percaya diri, lebih sukses, lebih dipandang menarik di kalangan masyarakat, tidak berlebihan namun tidak tertutup akan masukan atau hal baru.
Mereka yang cara berpakaiannya seperti ini umumnya lebih percaya diri, lebih sukses, lebih dipandang menarik di kalangan masyarakat, tidak berlebihan namun tidak tertutup akan masukan atau hal baru.
The Designer Dresser
Ini merupakan mereka yang suka mengenakan pakaian mahal atau bermerek. Meski terlihat nyaman memiliki segalanya, namun mereka yang berpakaian seperti ini sebetulnya krisis identitas, tidak nyaman dengan dirinya sendiri, terlalu mengandalkan materi untuk menutupi kepercayaan dirinya yang sangat minim dan cara berpikirnya cukup dangkal.
The Goth Dresser
‘Goth Dresser’ tidak selalu berarti mereka yang berpakain gotik, namun menggambarkan seseorang yang suka berpakaian warna hitam, menggunakan perias wajah tebal berwarna gelap, dan umumnya memiliki tato atau tindikan di beberapa bagian tubuh.
Ini merupakan gaya yang umumnya dianut remaja usia 17 hingga 25 tahun. Mereka tergolong dalam kategori orang yang sensitif, menyukai seni, memiliki amarah atau kekesalan yang terpendam, suka mencari perhatian, kurang dewasa, suka merasa tertekan dan depresi.
Ini merupakan gaya yang umumnya dianut remaja usia 17 hingga 25 tahun. Mereka tergolong dalam kategori orang yang sensitif, menyukai seni, memiliki amarah atau kekesalan yang terpendam, suka mencari perhatian, kurang dewasa, suka merasa tertekan dan depresi.