Ali Bin Abi Thalib menjadi khalifah menggantikan Utsman Bin Affan yang terbunuh pada saat timbulnya pemberontakan. Ali menjabat sebagai khalifah selama 6 tahun (35 H/655 M-40 H/660 M). Selama pemerintahannya Ali dihadapkan pada berbagai pergolakan yang telah ada pada masa Utsman Bin Affan. Oleh karena itu, kebijakan Ali Bin Abi Thalib lebih terfokus untuk mempertahankan stabilitas negara. Berikut ini kebijakan dan strategi kekhaliahan Ali Bin Abi Thalib:
1. Pergantian Pejabat Lama dengan yang Baru
Ali Bin Abi Thalib sadar betul penyebab pergolakan yang terjadi. Pemberontakan-pemberontakan yang terjadi dikarenakan keteledoran para pejabat yang diangkat Utsman Bin Affan. Ali Bin Abi Thalib memutuskan untuk memecat para gubernur yang diangkat oleh Utsamn Bin Affan dan menggantinya dengan gubernur baru pilihan Ali Bin Abi Thalib.
2. Penarikan Kembali Tanah Hadiah
Salah satu kebijakan Ali Bin Thalib untuk mengembalikan stabilitas negara adalah menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsman Bin Affan kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara. Ali Bin Abi Thalib memakai sistem distribusi pajak tahun yang pernah diterapkan Umar Bin Khattab sehingga semua orang Islam taat terhadap pajak.
3. Menghadapi Para Pemberontak
Kebijakan-kebijakan yang diterapkan Ali Bin Abi Thalib ternyata tidak memuaskna semua pihak. Beberapa kelompok yang tidak puas akhirnya melakukan pemberontak. Sedikitnya dua pemberontak besar pun harus dihadapi oleh Ali Bin Abi Thalib yakni Perang Jamal (Perang Unta) dan Perang Siffin.
Perang Jamal merupakan peperangan menghadapi Thalhah, Zubair dan Aisyah yang tidak puas terhadap kebijakan yang diterapkan Ali Bin Abi Thalib. Mereka kecewa terhadap Ali Bin Abi Thalib yang tidak mau menghukum para pembunuh Utsman Bin Affan. Setelah perundingan damai yang dilakukan Ali gagal, akhirnya perang pun berlangsung. Alhasil, Ali Bin Abi Thalib berhasil mengalahkan lawanya. Thalhah dan Zubair terbunuh, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim ke Madinah.
Perang Siffin merupakan perang yang dilakukan di Siffin menghadapi Muawiyah yang merupakan gubernur Damaskus. Muawiyah melakukan perlawanan terhadap Ali Bin Abi Thalib bersama sejumlah bekas pejabat tinggi yang kehilangan kedudukan dan kejayaannya. Perang ini diakhiri dengan Tahkim (arbitrase). Tahkim ini tidak menyelasaikan masalah, melainkan memunculkan golongan baru yakni Al-Khawarij yakni orang-orang yang keluar dari barisan Ali Bin Abi Thalib. Pada masa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib umat Islam terpecah menjadi tiga kelompok yakni, Muawiyah, Syi’ah dan Al-Khawarij. Pada 20 Ramadhan 40 H/660 M Ali terbunuh oleh salah satu anggota kelompok Al-Khawarij, Ibnu Muljam.
Setelah itu Hasan Bin Ali menggantikan posisi ayahnya selama beberapa bulan. Karena kedudukan Muawiyah semakin kuat, Hasan melakukan perjanjian damai dan dapat mempersatukan umat Islam kembali di bawah kepemimpinan Muawiyah bin Abu Sufyan. Dari sanalah Muawiyah menjadi penguasa absolut dalam islam dan dikenal sebagai Bani Umayyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar