Sabtu, 15 Juni 2019

Sejarah Dakwah di Masa Dinasti Bani Umayyah

 



A.Berdirinya Dinasti Umayyah

            Bani Umayyah adalah salah satu dari keluarga suku Quraisy, keturunan Umayyah bin Abdul Syams bin Abdul Manaf.1bani Umayyah baru masuk islam setelah Nabi Muhammad s.a.w berhasil menalukan kota Makkah (Fathu Makkah). Sepeninggal Rosululloh bani Umayyah sesungguhnya menginginkan jabatan pengganti Rosul(khalifah), tetapi mereka belum berani menampakkan cita-citanya itu pada masa Abu Bakar dan Umar. Baru setelah Umar meninggal yang penggantinya diserahkan kepada hasil musyawarah enam orang sahabat, bani umayyah menyokong pencalonan Usman secara terang-terangan, hingga akhirnya Usman terpilih. Sejak saat itu mulailah meletakkan dasar-dasar untuk menegakan khilafah Umayyah. Pada masa pemerintahan Usman inilah Mu’awwiyah mencurahkan segala tenaganya untuk memperkuat dirinya, dan menyiapkan daerah Syam sebagai pusat kekuasaan di kemudian hari.2
Hingga suatu saat yang ditunggu Mu’awiyyahpun datang dengan adanya perselisihan antara Ali bin Abi Tholib dengan Mu’awwiyah bin Abu Sufyan akhirnya pecah menjadi perang siffin. Perang tersebut diakhiri dengan peristiwa tahkim yang menyebabkan kubu Ali terbagi menjadi dua, yaitu golongan yang keluar dari Ali disebut golongan khowarij dan golongan yang setia kepada Ali disebut golongan syi’ah. Di luar golongan ini masih ada golongan umat islam yang lain yaitu golongan yang mendukung Mu’awwiyah. Adanya hal-hal semakin memperkeruh  kondisi umat islam. Sampai pada akhirnya Ali bin Abi Tholib terbunuh oleh seorang khowarij yang benama Abdur Rohman bin Muljam pada tanggal 17 Romadhon tahun 40 H.




            Pada saat itu sebagian masyarakat Islam di Arab, Irak dan Iran memilih dan mengangkat Hasan Ibn ‘Ali. Akan tetapi, Hasan Ibn ‘Ali kemudian memberikan kekuasaannya kepada Muawiyah Ibn Abi Soffan setelah menduduki jabatan selama kurang lebih 3 bulan. Hasan melakukan hal tersebut karena ian menyadari kelemahan dan kekurangannya dalam kepemimpinan. Hasan menganggap Muawiyah lebih cocok untuk memimpin umat Islam.
Pada tahun 661 M / 41 H terjadilah perpindahan kekuasaan dari Hasan bin Ali kepada Muawiyah bin Abi sofyan. Serah terima jabatan itu berlangsung di Kuffah, sebuah kota pelabuhan yang makmur diteluk Persia. Dan kemudian dikenal dalam sejarah Islam dengan “Amul Jama’ah”(tahun persatuan umat islam). Muawiyah menerima kekhalifahan di Kuffah dengan syarat-syarat yang diajukan oleh Hasan. Dengan demikian berakhirlah masa yang disebut Khulafaur Rasyidin, dan dimulailah kekuasan bani umayyah dalam sejarah islam.3
                  Muawiyah menerima kekhalifahan di Kuffah dengan syarat-syarat yang diajukan oleh Hasan, yakni :
  1. Agar Muawiyah tiada menaruh dendam terhadap seorang pun penduduk Irak
  2. Menjamin keamanan dan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka
  3. Agar pajak tanah negeri Ahwaz diperuntukkan kepadanya dan diberikan tiap tahun
  4. Agar Muawiyah membayar kepada saudaranya, Husain, 2 juta dirham
  5. Pemberian kepada Bani Hasyim haruslah lebih banyak dari pemberian kepada Bani Abdis Syams.4
            Sejak peristiwa Amul Jama’ah itu, Mu’awwiyah resmi menjadi khalifah baru umat islam yang berpusat di Damaskus(Suriah). Perbedaan yang mencolok dinasti ini dengan Khulafaur Rasyidin adalah terletak pada pergantian pemimpin yang dilakukan secara turun temurun atau bentuk monarchi heredetis. Ini terletak sebelum Mu’awwiyah meninggal, dia sudah menyiapkan Yazid bin Mu’awwiyah sebagai putra mahkota menggantikan dirinya. Muawwiyah sebagai khalifah pertama dinasti ini dan dialah yang dianggap sebagiai pendiri dari dinasti Um

B. Khalifah-Khalifah pada masa Dinasti Umayyah

            Dinasti umayyah memegang kekuasan islam selama 90 tahun dengan pusat pemerintahan di Damaskus (Suriah). Selama kurun waktu tersebut pemerintahan dipegang oleh 14 khalifah. Khalifah-khalifah iti diantaranya adalah:

1.Mua’awwiyah bin Abi Sofyan (661-680M)                            
2. Yazid bin Mu’awwiyah (680-683M)
3. Mu’awwiyah bin Yazid (683-684M)
4. Marwan Bin Hakam (684-685M)
5. Abdul Malik bin Marwan (685-705M)
6. Al-Walid bin Abdul Malik (705-715M)
7. Sulaiman bin Abdl Malik (715-717M)
8.Umar bin Abdul Aziz (717-720M)
9. Yazid bin Abdul Malik (720-724M)
10.Hisyam bin Abdul Malik (724-743M)
11.Walid bin Yazid (743-744M)
12.Yazid bin Walid (744M)
13.Ibrahim bin Walid (744-745M)
14.Marwan bin Muhammad (745-750M).5
           

C. Ekspansi yang dilakukan pada masa dinasti Umayyah

Kejayaan dinasti Umayyah ditandai dengan capaian ekspansinya yang sangat luas. Langkah ekspansi ini menunjukkan stabilitas politi Umayyah yang cukup mapan. Ekspansi masa dinasti Umayyah ini merupakan kelanjutan dan perluasan dari apa saja yang telah dicapai pada masa khulafaur Rasydin. Pada masa itu sempat berhenti disebabkan konflik dan kekacauan di kalangan umat Islam.



1.            Perluasan ke Wilayah Barat

 Begitu Mu’awwiyah berhasil menduduki jabatan sebagai khalifah umat islam, ia langsung membuat langkah-langkah strategis untuk mengembangkan kekuasaannya. Mu’awwiyah berusaha mematahan imperium Bizantium, dengan merebut kota Konstantinopel. Mu’awwiyah membayangkan dengan jatuhnya kota Konstantinopel akan menyebabkan jatuhnya imperium Bizantium.
Untuk kepentingan ini, Mu’awwiyah mempersiapkan armadanya yang telah dilengkapi dengan persenjataan lengkap, bahkan armada Mu’awwiyah jauh lebih besar dari armada Bizantium yang bermarkas di antai Licya. Maka mulailah bertolak armada Mu’awwiyah, setiap pulau yang dilewati di laut tengah berhasil ditaklukkan satu persatu seperti pulau Rhodes, pulau Kreta. Dan juga diserangnya pulau-pulai Sisilia dan pulau-pulau Arwad. Ini adalah pulau yang terdapat di sebelah barat laut Marmora. Kemudian Mu’awwiyah terus bertolak untuk mengepung kota Konstantinopel. Ketika itu tentara muslimin oleh Yazid bin Mu’awwiyah dan didampingi oleh Abu Ayyub al-Anshar, Abdullah bin Zubair, Abdullah bin Umar dan Banu Abbas.
Meskipun penyerangan terus dilancarkan oleh pasukan Islam, tampaknya saat itu pasukan Bizantium amat tangguh dan juga didukung oleh medan yang sudah dikenalnya serta dekat dengan ibu kota. Dibandingkan dengan tentara islam yang jauh dari basis mereka.walaupun orang islam telah membangun pangkalan di laut Marmora tetapi masih belum bisa menembus benteng Istambul. Sekitar tahun 677M, Mu’awwiyah memutuskan untuk menghentikan serangan dan berdamai dengan Bizantium setelah pasukan islam mengalami beberapa kekalahan.
Pada masa kekhalifahan Sulaiman bin Abdul Malik yang saat itu merasa kekuatan islam sudah cukup kuat untuk merebut Konstantinopel kembali, maka dengan jumlah armada dan tentara yang lebih besar lebih kurang 80.000 orang dan 1800 kapal mengepung ibu kota musuh selama setahun penuh(Agustus 717-718) tetapi sekali lagi pasukan islam harus mengakui bahwa kota tersebut terlalu kuat bagi para penyerang, sehingga pemerintahan pusat memerintahkan menarik mundur ekspedisinya ini, dan mengarahkan ke wilayah lain.

2.       Penaklukan di Afrika Utara

Wilayah-wilayah disekitar pantai Afrika Utara umumnya berada dalam kekuasaan Romawi, dan diperintah oleh satuan-satuan tentara Romawi. Sedangkan daerah gurun sahara dan daerah pertanian yang memanjang sampai pantai Atlantik dibarat dan sampai kenegara Sudan di selatan merupakan negeri-negeri merdeka, dikuasai oleh raja-raja barbar. Bangsa Romawi dan bangsa Eropa belum sanggup mengalahkan suku barbar ini, pola hidup mereka masih nomaden.
Sebelum pada zaman Usman orang-orang Arab telah mencapai Barqah dan Tripoli di Libya, kemudian Mu’awwiyah bertekad merebut kekuasaan dari Romawi di Afrika utara. Tugas ini dipercayakan pada Uqbah bin Nafi yang sebelumnya juga sudah ditempatkan di Barqah semenjak daerah tersebut ditaklukkan. Dengan dukungan orang Barbar dia mengalahkan tentara Bizantium di Ifriyah(Tunisia). Pada tahun 670M Uqbah mendirikan kota Qairawan sebagai kota islam dan markas bala tentara.
Pada tahun 681M Uqbah bin Nafi memimpin ekspansi besar-besaran ke barat sampai mencapai Atlantik. Tetapi dalam perjalanan pulang dia diserang dan dibunuh oleh kepala suku Barbar Kusaylah dan Kahira. Dengan tewasnya Uqbah bin Nafi dan kalahnya satuan-satuan mereka, maka untuk kedua kalinya kekuasaan kembali ke tangan Bizantium di daerah pantai dan ke tangan Kusylah di daerah pedalaman. Pasukan-pasukan muslimin mengundurkan diri dari Qairawan ke Barqah. Kemudian Abd al-Aziz bin Marwan gubernur di Mesir berusaha mengembalikan kekuasaan muslimin dengan mengirimkan satuan-satuan, tetapi satuan-satuan tersebut kalah.
Ketika jabatan khalifah dipegang oleh Abdul Malik, bani Umayyah mulai bangkit kembali. Abdul malik mengirimkan satuan yang besar duu bawah pimpinan Hasan bin Mu’man Al-Ghasani(689M) berhasil mengusur Romawi dari Afrika Utara. Begitu juga dengan suku Barbar berhasil dipatahkan kekuatannya.




Dalam periode selanjutnya, di awal pemerintahan Al-Walid,Musa bin Nushair ditunjuk menjadi gubernur Ifriqiyah. Dia berhasil melenyapkan sisa-sisa kekuatan yang tadinya masih dimiliki oleh suku-suku Barbar. Maka antara tahun 705-708M Musa bin Nushair mencapai Atlantik dengan kekuatan besar. dia juga menaklukkan Thanjah(Tanqiera) dan kota Septah(Ceuta) yang terletak dipantai Afrika paling utara yang sebelumnya takluk kepada raja-raja Ghot. Dengan demikian kaum muslimin mendapat kemenangan dan stabilitas di kawasan ini.

3.      Ekspansi ke Spanyol

Wilayah Spanyol atau yang orang Arab menyebutnya dengan Andalusia merupakan semenanjung yang merupakan pintu gerbang untuk memasuki laut tengah. Setelah berjaya di Afrika Utara, tentara islam ingin melanjutkan ekspansi ke daratan Eropa. Spanyol pada saat itu dikuasai oleh otokrasi keci Visigoth di bawah raja Roderick.6
Bulan juli 710M sebanyak 400 orang melakukan pengintaian yang mendapati bahwa laporan-laporan mengenai banyaknya jarahan dan lemahnya pertahanan. Karena itu tahun berikutnya, seorang Barbar pembantu Musa bin Nushai  bernama Tariq bin Ziad (yang namanya dipakai untuk Gilbraltar-Jabal Tariq,gunung Tariq) menyeberangi selat dengan 7000 orang, kebanyakan orang Barbar. Sementara raja Roderick sedang berada di bagian utara, orang-orang islam berhasil memantapkan kedudukan mereka di Algeciras. Ketika Roderick akhirnya bergerak ke selatan untuk menghadapi orang-orang islam, yang sekarang diperkuat dengan tambahan 5000 orang lagi, dia dikalahkan.
Seluruh Spanyol sekarang terbuka bagi orang-orang islam. Sisa orang-orang Visigoth tercerai berai. Di sana sini kepala beberapa daerah melakukan perlawanan, tetapi sebagian besar bisa dikalahkan dalam waktu singkat.7
Dengan kemenangan itu kemudian Tariq terus menaklukkan kota demi kota dan mengembangkan kekuasaan di Spanyol. Dia berhasil menaklukkan kota Cordova, Granada, dan Toledo(Tolado dimasa itu adalah ibukota kerajaan Ghot). Setelah itu Musa bin Nushai juga bertolak ke Spanyol untuk bahu membahu dengan Tariq menaklukkan kota-kota Spanyol, dia berhasil merebut kota Karma, Musa melanjutkan perjalanan ke kota Toledo dia sehingga bertemu dengan Tariq.
Kemudian pasukan Musa dan Tariq melanjutkan perjalanan ke utara dan berhasil menaklukkan kota Barcelona dan Saragosa. Daerah-daerah Aragon dan Castilla pun bertekuk lutut pada mereka. Pasukan islam terus menuju ke timur laut sampai ke gunung Pyrenia. Namun tentara islam tidak tuntas menaklukkan pegunungan yang terletak di laut Calicia. Yang merupakan tempat pelarian dan pesembunyian bangsa Ghot dari serangan tentara islam.

4.      Perluasan ke wilayah Timur
Penaklukan ke wilayah timur juga mendapat hasil yang cukup gemilang. Dian tara penaklukan ke wilayah timur ini adalah ke daerah Sind. Yang dimaksud denagn daerah Sind adalah negri yang melingkari sungan Sind(Indus) membentang dari Iran sampai pegunungan Himalaya. Negeri Sind ini sebagian besar termasuk negara Pakistan.wakil gubernur Basrah, Muhammad bin Qasim, berangkat melalui persia selatan dan Bulukhistan, mencapai Sind (711M) dan Punjab selatan (713M).
Untuk mencapai negeri Sind ini bukanlah mudah, banyak rintangan dan pertempuran di setiap daerah yang dilalui. Yang terakhir yaitu pertempuran dengan raja Sind(Dahar). Dalam pertempuran, Dahar melarikan diri sehingga pasukan kucar-kacir dan banyak yang ditawan oleh pasukan muslim. Dengan hancurnya pasukan Dahar maka terbentanglah jalan Muhammad bin Qasim dan pasukannya menguasai seluruh Sind sehingga sampai ke Kasymir. Di antara faktor penting kaum muslimin mencapai kemenangan, dengan cepat di Sind adalah karena mendapatkan bantuan dari suku Med dan Zeth.8

     


  


D. Dakwah dan Kondisi Masyarakat pada Masa Umayyah

Dimulai sejak pemerintahan Ali Ibn Abi Thalib, dan selanjtnya dan selanjutnya masuk pada masa pemerintahan Umayah, kaum muslimin telah pecah menjadi tiga kelompok: pendukung Mu’awiyah, Syi’ah (kelompok pendukung Ali R.A) dan Khawarij sebagai kelompok penentang Ali R.A dan Mu’awiyah. Kelompok syia’ah yang pada mulanya berbasis di Arab Selatan yang pernah dikuasai oleh Sasanian (Persia), namun dengan masuknya Islam ke Persia dan mereka memeluk Islam mulai masa Khulafaur- Rasyidin (masa khilafah Umar r.a), kemudian orang-orang muslim Persia sangat mendukung kkaum Syi’ah setelah Mukhtar Ibn ‘Ubaid mendirikan dan memimpin gerakan Syi’ah Kaisiniah. Bahkan sejak masa khilafah Ali r.a, bahwa Persia, selain Kufah, merupakan daerah-daerah Syi’ah terpenting.
            Dengan demikian, masa pemerintahan Umayah menghadapi tantangan dari dalam, yaitu kaum Khawarij dan kaum Syi’ah merupakan lawan politik yang turut mempengaruhi jalannya dakwah Islam dalam pemerintahan Umayah. Akan tetapi, pada masa awal pemerintahan Daulah Umayah, khalifah-khalifah Dinasti ini masih dapat melakukan usaha-usaha yang mndukng keberhasilan dakwah Islam dengan melalui penyebaran Islam ke berbagai wilayah, selain usaha memajukan kebudayaan Islam dan Arab.9
Diantara usaha-usaha yang dilakukan Daulah Umayah, yaitu:
(1)   Ekspansi Islam kedua terjadi pada masa Daulah Umayah, dan pada masa ini daerah-daerah yang dikuasai meliputi: Spanyol,Afrika Utara, Syuria, Palestina, Arabia, Irak, Sebagian Asia kecil, Persia, Afganistan, India, (sekarang: Pakistan), Turkmenia, Uzbekistan, dan Kirgis (Asia Tengah).
(2)   Meningkatkan pembangunan sarana ibadah yang sekaligus merupakan pendukung sarana dakwah, seperti: Katedral St. Jhon di Damaskus dirubah menjadi Masjid, Katedral di Hims dipakai untuk Masjid sekaligus untuk gereja, di Al-Quds (Jeresalem) Abd al-Malik membanagun Al-Aqsha, dibangunnya masjid Kordova, Masjid Mekkah dan Madinah diperbaiki dan diperbesar oleh khalifahn Abd al-Malik dan Al-Walid.
(3)   Khalifah Daulah Umayah memberikan perhatian besar kepada ilmu-ilmu keislaman, seperti: tafsir, hadits, ilmu kalam, fiqh, dan bahasa (Arab), sehingga mulailah timbil nama-nama ilmuan muslim terkenal seperti Hasan al-Bisri, Ibn Shihab al-Zuhri, Washil bin Atha’ dan lain-lain. Kegiatan ilmiah ini bepusat di Kuffah dan Bashrah, Irak. Kegiatan ilmiah dan munculnya para ilmuan muslim diberbagai bidang keislaman ini memberikan dukungan terhadap penyiaran Islam dan pembinaan Islam di kalangan umat Islam.
(4)   Dihidupkannya kembali syair-syair jahiliyah dan timbulah ahli penyair pada masa itu, seperti nama penyair terkenal ialah Majnun Laila, dan lainnya.
(5)   Dilakukannya perubahan bahasa, administrasi, dari bahasa Yunani dan bahasa Pahlawi dihanti dengan bahasa Arab oleh Khalifah Abd al-Malik. Begitu pula
mata uang yang semula menggunakan bahasa Persia Abd al-Malik diganti dengan tulisan bahasa Arab. Bahasa administrasi juga dirubah, yang semula menggunakan bahasa masing-masing daerah, kemudian dirubah menjadi bahasa Arab.Sungguhpun pada masa Daulah Umayah selalu terjadi gerakan phlawan antara kelompok umat Islam disebabkan faktor polotik, teologis bahkan kultural, namun penyiaran dakwah Islam tetap dilakukan oleh khlifah Bani Umayah.

E. Strategi dalam mencapai tujuan Dakwah
Sasaran dakwah Islam ke beberapa wilayah kekuasaan Islam terbagi menjadi lima (5) yaitu:
(1)   Sasaran wilayah dakwah ke wilayah kekuasaan kerajaan Romawi Timur dan kerajaan Persia dengan membuat batasan-batasan wilayah kekuasaan untuk tidak mendapatkan ancaman dari kedua Kerajaan itu sekaligus untuk keselamatan dan perluasaan wilayah dakwah Islam, sebab sebagian wilayah kekuasaan dua kerajaan itu telah takluk ke wilayah Islam pada masa Khalifah Umar.



(2)   Medan dakwah di Asia kecil
Ibu Kota Daulah Umayah dipindahkan ke Damaskus selain karena alasan politis (keamanan dari ancaman musuh) utamanya, juga berpengaruh terhadap perluasan dakwah Islam, sebab selain Damaskus sebagai pusat pemerintahan, juga sebagai pusat kegiatan dakwah Islam, dan perjuangan Dakwah Islam di wilayah Asia kecil menjadi sangat penting.
(3)   Medan dakwah Islam di Afrika Utara
Di Afrika Utara juga dilakukan perluasan dakwah Islam dengan mengambil pusat di Kota Kairawan. Selain Kairawan dijadikan pusat pemerintahan, juga sekaligus sebagai pusat kegiatan dakwah Islam. perluasan dakwah Islam di wilayah ini, masuklah bangsa Barbary kepada Islam, bangsa Barbary terkenal  bangsa yang berani dan setia, mereka dapat menjadi benteng penyebaran dakwah Islam di Afrika Utara sehingga menjadi sangat kuat gerkan dakwah Islam. ini terbukti dengan berhasilnya Thariq bin Ziyad (keturunan Barbar) berhasil menyebrang ke Andalusia, selain dorongan faktor politik, juga motif dakwah Islam. untuk lebih jelasnya mengenai dakwah Islam di Afrika  Utara akan di bahas dalam bab tersendiri.
(4)   Sasaran dakwah Islam ke Medan Timur
Melalui ekspensi untuk memperluas wilayah kekuasaan juga sekaligus memperluas wilayah dakwah Islam, maka pada masa Daulah Umayah sasaran dakwah Islam ke daerah-daerah ke sebrang sungai dan sind, yaitu: Thukharistan dengan ibu kota di Balkh (Bactria), Sughanian, Sughad, Samarkand, Bukhara, Farghanah, Khuwarizm, Usyurusanah, dan Says.
Di daerah seberang sungai dakwah Islam ke sind (Indus), Himalaya. Dari Sind (sekarang Pakistan) dakwah Islam dapat diteruskan ke Asia Tenggara dan terus ke Timur jauh. Pengaruh dakwah Islam di wilayah inilah, yang pada masa kemudian menimbulkan penyiaran Islam ke Indonesia dengan berdirinya kerajaan Aceh Darussalam di Asia Tenggara dengan ibu kota negara Banda Aceh Darussalam yang dalam sejarah dikenal dengan kebanggaanSerambi Mekah.



(5)   Sasaran wilayah dakwah ke Cina
Sejak abad ke-7 M. Perdagangan antara bangsa Cina, Persia, dan Arab telah terjalin, ini jelas meberikan pengaruh kepada penyebaran Islam di Cina. Bahkan ketika khalifah Usman mengirimkan seorang perwira untuk mengantarkan pulang utusan Maharaja Cina (kerajaan T’ang:618-907 M) sesampai di Cina perwira tinggi muslim itu dihormati dengan sepatutnya oleh Maharaja Cina.
 Pada khalifah Al-Walid Islam disiarkan ke Cina walaupun tidak mem[eroleh hasil yang maksimal karena tantangan dari Maharaja Cina, selanjutnya Islam telah berhsil dianut oleh masyarakat Cina sehingga agama Islam berkembang di Cina.
Faktor-faktor keberhasilan dakwah Islam pada masa Bani Umayah, antara lain:
a.       Wilayah kekuasaan Islam semakin meluas, sehingga membawa kepada perluasan dakwah Islam.
b.      Dukungan dari khlaifah dengan jalan membuka pusat dakwah diberagai wilayah kekuasaan bahkan penyebaran dakwah Islam keluar wilayah kekuasaan Islam, seperti Cina, Sind dan lainnya.
c.       Faktor politik dapat dijadikan alat pendukung dakwah. Dengan pendekatan politik dan perhatian khalifah terhadap Islam, maka dakwah Islam pun turut berkembang.
d.      Gerakan Arabisme, baik berkaitan dengan bahasa ataupun budaya Arab, yang memberikan pengaruh terhadap penyiaran Islam, sehingga Islam pun dapat berkembang melalui pendekatan bahasa dan budaya Arab.
e.       Perhatian besar khalifah Umayah terhadap ilmu-ilmu Islam dengan dibentuknya pusat-pusat kegiatan ilmu dan dakwah Islam, serta
f.       Kaum muslimin yang menentang pemerintah pada masa awal kekuasaan Umayah dapat diatasi sehingga perluasan wilayah Islam dapat membawa perkembangan dakwah Islam.10
Dengan adanya gelombang  perlawanan dari pihak Syi’ah dan Bani Abass makin kuat ditambah faktor internal di kalangan Daulah Umayah mengalami kemunduran dan jatuhnya dari pihak musuh (Syi’ah dan Bani Abbas).
Adapun sebab yang membawa kelemahan dan terjatuhnya Daulah Umayah, antara lain:
1.      Persaingan di kalangan anggota-anggota istana Dinasti Umayah  untuk merebut pengaruh dan kekuasaan politik.
2.      Hidup mewah dikalangan istana Daulah Umayah.
3.      Pertentangan suku Arab Selatan dan Arab Utara yang mengacau ketentraman dan kelancaran pemerintah Umayah.
4.      Tantanagan keras dari kaum Khawarij dan Syi’ah yang bekerja sama dengan Bani Abbas (Bani Hasyim) sebagai kekuatan baru, yang pada akhirnya Daulah Umayah jatuh pada tahun 750 M. Dan Bani Umayah digantikan oleh Bani Abbas (Daulah Abbasiyah).

Sumber Referensi : 
·         Abdul Syukur, sejarah dakwah di dunia Islam,Fakultas Dakwah IAIN Raden Intan Bandar Lampung.2010
·        Ahmad jamii, sejarah kebudayaan islam MAN.Gresik:Putra kembar jaya.2008
·        Fu’adi imam, sejarah peradaban islam, Yogyakarta: Teras.2011
·        Istianah Abu Bakar, Sejarah Peradaban Islam. Malang:UIN-Malang Press 2008
·        W.Montgomery Watt.Kejayaan Islam, Yogyakarta: PT.Tiara Wacana Yogya.1990
·        aagun74alqabas.wordpress.com/.../perkembangan-dan-keruntuhandinasti umayyah
·        Namestic.wordpress.com/fiqh-ibadah/sejarah-dakwah






[1]  Istianah Abu Bakar, Sejarah Peradaban Islam. Malang:UIN-Malang Press 2008, hal 43
[3]  Ahmad jamii, sejarah kebudayaan islam MAN.Gresik:Putra kembar jaya.2008,hal 34
[5] aagun74alqabas.wordpress.com/.../perkembangan-dan-keruntuhandinasti umayyah
[6]  Fu’adi imam, sejarah peradaban islam, Yogyakarta: Teras.2011,hal 74-77
[7]  W.Montgomery Watt.Kejayaan Islam, Yogyakarta: PT.Tiara Wacana Yogya.1990,hal 41
[8] Fu’adi imam, sejarah peradaban islam, Yogyakarta: Teras.2011,hal 79
[9]Abdul syukur, sejarah dakwah di dunia islam, Bandar Lampung:Fakultas Dakwah IAIN RI. 2010, hal 43-44
[10]Abdul syukur, sejarah dakwah di dunia islam, Bandar Lampung:Fakultas Dakwah IAIN RI. 2010, hal 48-49.


Strategi Dakwah Kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib R.A



Ali Bin Abi Thalib menjadi khalifah menggantikan Utsman Bin Affan yang terbunuh pada saat timbulnya pemberontakan. Ali menjabat sebagai khalifah selama 6 tahun (35 H/655 M-40 H/660 M). Selama pemerintahannya Ali dihadapkan pada berbagai pergolakan yang telah ada pada masa Utsman Bin Affan. Oleh karena itu, kebijakan Ali Bin Abi Thalib lebih terfokus untuk mempertahankan stabilitas negara. Berikut ini kebijakan dan strategi kekhaliahan Ali Bin Abi Thalib:

1. Pergantian Pejabat Lama dengan yang Baru

Ali Bin Abi Thalib sadar betul penyebab pergolakan yang terjadi. Pemberontakan-pemberontakan yang terjadi dikarenakan keteledoran para pejabat yang diangkat Utsman Bin Affan. Ali Bin Abi Thalib memutuskan untuk memecat para gubernur yang diangkat oleh Utsamn Bin Affan dan menggantinya dengan gubernur baru pilihan Ali Bin Abi Thalib.

2. Penarikan Kembali Tanah Hadiah

Salah satu kebijakan Ali Bin Thalib untuk mengembalikan stabilitas negara adalah menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsman  Bin Affan kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara. Ali Bin Abi Thalib memakai sistem distribusi pajak tahun yang pernah diterapkan Umar Bin Khattab sehingga semua orang Islam taat terhadap pajak.

3. Menghadapi Para Pemberontak

Kebijakan-kebijakan yang diterapkan Ali Bin Abi Thalib ternyata tidak memuaskna semua pihak. Beberapa kelompok yang tidak puas akhirnya melakukan pemberontak. Sedikitnya dua pemberontak besar pun harus dihadapi oleh Ali Bin Abi Thalib yakni Perang Jamal (Perang Unta) dan Perang Siffin.

Perang Jamal merupakan peperangan menghadapi Thalhah, Zubair dan Aisyah yang tidak puas terhadap kebijakan yang diterapkan Ali Bin Abi Thalib. Mereka kecewa terhadap Ali Bin Abi Thalib yang tidak mau menghukum para pembunuh Utsman Bin Affan. Setelah perundingan damai yang dilakukan Ali gagal, akhirnya perang pun berlangsung. Alhasil, Ali Bin Abi Thalib berhasil mengalahkan lawanya. Thalhah dan Zubair terbunuh, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim ke Madinah.

Perang Siffin merupakan perang yang dilakukan di Siffin menghadapi Muawiyah yang merupakan gubernur Damaskus. Muawiyah melakukan perlawanan terhadap Ali Bin Abi Thalib bersama sejumlah bekas pejabat tinggi yang kehilangan kedudukan dan kejayaannya. Perang ini diakhiri dengan Tahkim (arbitrase). Tahkim ini tidak menyelasaikan masalah, melainkan memunculkan golongan baru yakni Al-Khawarij yakni orang-orang yang keluar dari barisan Ali Bin Abi Thalib. Pada masa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib umat Islam terpecah menjadi tiga kelompok yakni, Muawiyah, Syi’ah dan Al-Khawarij. Pada 20 Ramadhan 40 H/660 M Ali terbunuh oleh salah satu anggota kelompok Al-Khawarij, Ibnu Muljam.

Setelah itu Hasan Bin Ali menggantikan posisi ayahnya selama beberapa bulan. Karena kedudukan Muawiyah semakin kuat, Hasan melakukan perjanjian damai dan dapat mempersatukan umat Islam kembali di bawah kepemimpinan Muawiyah bin Abu Sufyan. Dari sanalah Muawiyah menjadi penguasa absolut dalam islam dan dikenal sebagai Bani Umayyah.

Strategi Dakwah Khalifah Utsman bin Affan R.A



 Khalifah Usman bin Affan terpilih menjadi khalifah melalui
Dewan Syura yang dimana anggotanya antara lain : Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwan , Saad bin Abi Waqash, Thalhah bin Ubaidillah, Ali bin Abu Thalib dan Usman bin Affan.Adapun kebijakan dan Strategi Usman bin Affan antara lain :


  1. Perluasaan Wilayah

Pada masa Khalifah Usman terdapat beberapa kekuasaan islam diantaranya adalah melanjutkan usaha penaklukan Persia. Kemudian Tabaristan,Azerbaijan,dan Armenia. Usaha perluasaan daerah kekuasaan Islam tersebut lebih lancer lagi setelah dibangunnya Armada laut. Satu persatu daerah di seberang laut ditklukannya, antara lain wilayah Asia kecil, pesisir Laut Hitam, pulau Cyprus, Rhodes, Tunisia dan Nubia.
Dalam upaya pemantapan dan stabilitas daerah kekuasaan islam di luar kota Madinah, khalifah Usman telah melakukan pengamanan terhadap para pemberontak yang melakukan maka di daerah Azerbaijan dan Rai, karena mereka enggan membayar pajak, begtu juga di Iskandariyah dan di Persia.

2. Standarisasi Al-Quran

Pada masa Usman, terjadi perselisihan di tengah kaum muslimin perihal secara baca Al-quran(qiraat). Perlu dketahui telebih dahulu bahwa Al-Quran diturunkan dengan beragam cara baca. Karena persisihan ini, hamper saja terjadi perang saudara. Kondisi ini dilaporkan oleh Hudzaifah Usman memutuskan untuk melakukan penyeragaman cara baca Al-Quran. Cara baca inilah yang akhirnya resmi dipakai oleh kaum muslimin.Dengan demikian, perselisihan dan perpecahan dapat dihindari
Dalam menyusun cara baca Al-Quran resmi ini. Khalifah Usman melakukannya berdasarkan car abaca dipakai dalam Al-Quran yang disusun oleh Abu Bakar. Setelah pembukuan selesai, dibuatlah beberapa salinannya untuk dikirim ke Mesir, Yaman, Kufah, Basrah dan Mekkah.Satu mushaf disimpan di Madinah.Mushaf-Mushaf inilah yang dikenal dengan Mushaf Usmani.

3.  Pengangkatan Pejabat Negara

Pemeintahan Usman berlangsung selama 12 tahun.Kepemimpinan Usman sangat berbeda dengan kepimpinan Umar.Ini mungkin karena umurnya yang lanjut dan sifatnya lembut.Akhirnya pada tahun 35 H/655 M, Usman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang kecewa itu.
Salah satu factor yang menyebabkan banyak kecewa terhadap kepemimpinan Usman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi.Harta kekayaan Negara,oleh kerabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol oleh Usman sendiri

4.  Pembangunan Fisik

Usman berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas mesjid Nabi di Madinah.


Rabu, 12 Juni 2019

Kebijakan dan Strategi Dakwah Kekhalifahan Umar Bin Khattab R.A

Umar Bin Khattab mengemban tugas memimpin umat Islam sebagai khalifah. Selama 10 tahun (634 M-644 M) Umar Bin Khattab melakukan perluasan kekuasaan muslim dan menjadi pusat pemerintahan bagi umat muslim saat itu. Dengan Gaya kepemimpinan yang sama dengan Abu Bakar, Umar Bin Khattab membawa Islam selangkah lebih maju. Strategi dan dan kebijakan yang Umar Bin Khattab ciptakan pada masa kepemimpinannya yaitu,

1. Perluasan Wilayah (Futuhat)

Perluasan wilayah masih menjadi salah satu kebijakan guna mengembangkan Islam ke seluruh dunia. Selama pemerintahannya Umar melakukan invasi ke berbagai daerah di Jazirah Arab. Bermula dengan kemenangan umat Islam pada pertempuran di Ajnadin pada 16 H/ 636 mengalahkan tentara Romai. Selanjutnya Pasukan Umat Islam melakukan invasi ke Syria, Palestina, Persia dan Mesir.
Beberapa kota di pesisir Syria dan Palestina dapat ditundukkan pada 18 H/638 M. Kota-kota tersebut seperti Jaffa, Gizar, Ramla, Typus, Uka (Acre), Askalon dan Beirut.
Selanjutnya Umar Bin Khattab mengirimkan pasukan ke Persia di bawah pimpinan Panglima Saad Bin Abi Waqas. Beberapa kota seperti Kadisia (16 H/636 M), kota Jajula (17 H/638 M), Madain (18 H/639), dan Nahwand (21 H/642 M).
Sementara itu perluasan wilayah ke Mesir yang pada saat itu mengharapkan bantuan dari umat Islam untuk lepas dari penganiyaan bangsa Romawi. Sekitar 4000 orang yang dipimpin oleh Amr Bin Ash dikirimkan dengan tugas utama penghancuran pintu gerbang Al-Arisy, Al-Farma, Bilbis, Tendonius (Ummu Dunain), Ains Sams. Umat Islam pun berhasil merebut benteng Babil dan Iskandariyah.

2. Mengeluarkan Undang-Undang

Kebijakan dalam negeri Umar Bin Khattab salah satunya adalah disusunya sebuah undang-undang. Kebijakan tersebut bertujuan untuk menertibkan pemerintahan. Kebijakan undang-undang tersebut meliputi ketertiban pasar, ukuran dalam jual beli, aturan kebersihan jalan dan lain-lain

3. Membagi Wilayah Pemerintahan

Berbeda dengan Abu Bakar yang memberlakukan pemerintahan secara terpusat, Umar Bin Khattab membagi beberapa daerah menjadi daerah pemerintahan, yakni pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Khalifah memegang pemerintahan pusat dan pemerintah daerah dipegang oleh gubernur. Gubernur tersebut memiliki tugas untuk membantu tugas pemerintahan khalifah di daerah-daerah.

4. Membentuk Dewan

Selain pembagian daerah pemerintahan, Umar Bin Khattab juag membentuk beberapa dewan. Dewan yang dibentuk saat itu diantaranya, Dewan Pembendaharaan Negara dan Dewan Militer. Umar Bin Khattab juga membentuk utusan kehakiman. Hakim yang terkenal saat itu adalah Ali Bin Abi Thalib.

Strategi Kepemimpinan Umar bin Khattab

Kepemimpinan Umar sebagai pemimpin kaum muslimin adalah awal dari kejayaan Islam, dalam masa inilah Islam memperluas pengaruhnya hingga ke Persia. Dan Umar juga mendapatkan gelar dari Rosulullah Muhammad saw sebagai Al-Furqon yang artinya adalah pembeda antara kebenaran dan kebatilan. Umar disegani dan ditakuti musuhnya karena ketegasannya dan dicintai rakyatnya karena kelembutan dan kesederhanaannya. Kesederhananya dibuktikan dengan beliau hanya memiliki 2 baju sehingga sering tertinggal dalam sholat berjamaah karena menunggu baju tersebut kering.
Seorang Pemimpin Panutan Umat
Kepemimpinan Umar bin Khattab telah memberikan kontribusi yang besar bagi kejayaan Islam, dalam masa kepemimpinannya Islam berhasil  menaklukkan Persia, Romawi, Mesir, Syam, Irak, Burqah, Tripoli bagian barat, Azerbaijan, Jurjan, Basrah, Kufah dan Kairo. Umar bin Khattab adalah sosok yang luar biasa, beliau sangat kuat memegang agama Islam, keras dalam kebenaran, tidak peduli celaan demi perintah Allah, cerdas dalam pemikirannya, tajam akalnya dan terang mata hatinya.
Umar bin Khattab juga seorang yang cerdas. Dalam masalah ilmu diriwayatkan oleh Al Hakim dan Thabrani dari Ibnu Mas’ud berkata, ”Seandainya ilmu Umar bin Khattab diletakkan pada tepi timbangan yang satu dan ilmu seluruh penghuni bumi diletakkan pada tepi timbangan yang lain, niscaya ilmu Umar bin Khattab lebih berat dibandingkan ilmu mereka. Mayoritas sahabatpun berpendapat bahwa Umar bin Khattab menguasai 9 dari 10 ilmu. Dengan kecerdasannya beliau menelurkan konsep-konsep baru, seperti menghimpun Al Qur’an dalam bentuk mushaf, menetapkan tahun hijriyah sebagai kalender umat Islam, membentuk kas negara (Baitul Maal), menyatukan orang-orang yang melakukan sholat sunah tarawih dengan satu imam, menciptakan lembaga peradilan, membentuk lembaga perkantoran, membangun balai pengobatan, membangun tempat penginapan, memanfaatkan kapal laut untuk perdagangan, menetapkan hukuman cambuk bagi peminum “khamr” (minuman keras) sebanyak 80 kali cambuk, mencetak mata uang dirham, audit bagi para pejabat serta pegawai dan juga konsep yang lainnya.
            Pada masa kepemimpinannya Umar bin Khattab mengambil keputusan untuk memberhentikan Khalid bin Walid dari jabatan tertinggi pasukan Islam dan sebagai gantinya ia menunjuk Abu Ubaidah bin Jarrah, Umar mengganti jabatan Khalid bin Walid dengan beberapa alasan yaitu pertama ia tidak ingin Khalid menjadi manusia yang sombong, kedua beliau tidak ingin pemimpin tidak lebih popular ketimbang bawahannya (dalam konteks ini Umar sebagai pemimpin dan kholid sebagai pembantu Umar), dan yang ketiga adalah beliau tidak ingin melihat seluruh prajurit mengkultuskan Khalid, sebab dengan begitu akan menumbuhkan suburkan kemusyrikan baru.
Dibawah kepemimpinan Abu Ubaidah bin Jarrah pasukan muslimin  terus mengadakan perluasan wilayah Islam. Dalam masa kepemimpinannya strategi Umar bin Khattab lebih menitikberatkan pada perluasan wilayah yang juga meneruskan perjuangkan Khalifah sebelumnya yaitu Abu Bakar. Kekuasaan Islam terbentang dari Tripoli di barat sampai ke Persia dan dalam waktu 10 tahun daerah yang dikuasai umat Islam sangat pesat.
Selain memperluas wilayah Islam, pada masa kepemimpinannya, Umar bin Khattab juga melakukan berbagai macam penataan struktur pemerintahan, antara lain :
  1. Administrasi Pemerintahan
  2. Membentuk Lembaga Peradilan
  3. Korps Militer
  4. Baitu al-Mal (Lembaga Perekonomian)
Dalam masa pemerintahannya, Umar telah membentuk lembaga-lembaga pemerintah yang disebut juga dengan ahlul hal wal aqdi, diantaranya adalah :
  1. Dewan penasihat tinggi, yang terdiri dari para pemuka sahabat yang terkenal seperti Ali, Ustman, Abdurrahman bin Auf, Muadz bin Jabbal, Ubay bin Kaab, Zaid bin Tsabit, dan dan Zubair.
  2. Dewan Penasihat Umum, terdiri dari banyak sahabat (Anshar dan Muhajirin) dan pemuka berbagai suku, bertugas membahas masalah-masalah yang menyangkut kepentingan umum.
  3. Dewan antara Penasihat Tinggi dan Umum. Beranggotakan para sahabat (Anshar dan Muhajirin) dan pemuka berbagai suku, bertugas membahas masalah-masalah yang menyangkut kepentingan umum.
Sumber Referensi :
  1. http://rian.web.id/kepemimpinan_yang_teladan_umar_bin_khattab.html
  2. Buku Kisah 25 Kekasih Allah SWT dan Para Sahabat Rasulullah SAW