Bab
I
A. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Komunikasi
merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan masyarakat. Semua kegiatan dalam
kehidupan masyarakat memerlukan
komunikasi dalam proses mempermudah aktifitas kegiatan nya.
Dan dalam komunikasi terdapat
teori-teori yang harus di pahami oleh setiap komunikator nya, agar pesan yang
di sampaikan mudah di terima dan di cerna oleh komunikan (penerima pesan).
Di dalam teori komunikasi
ini pula terdapat teori tradisi komunikasi yang akan kita bahas
dalam makalah ini.
Tradisi teori komunikasi sendiri
merupakan pembelajaran bagaimana kita memahami keragaman pendekatan yang
memengaruhi pengetahuan kita tentang komunikasi.
1.2 Rumusan Masalah
·
Apa
yang dimaksud dengan Teori,tradisi, dan komunikasi …?
·
Apa
yang dimaksud dengan teori tradisi komunikasi…………..?
·
Apa
saja jenis-jenis teori tradisi komunikasi……………….?
1.3
Tujuan
·
Definisi
Teori , Tradisi , dan Komunikasi.
·
Definisi
Teori tradisi komunikasi.
·
Jenis-jenis
Teori tradisi komunikasi.
Bab
II
B.
Pembahasan
c. Ttadisi Sibenetika
((Komunikasi
untuk memproses informasi)
Sibernetika
merupakan tradisi sistem kompleks yang
di dalam nya banyak orang saling berinteraksi, memengaruhi satu sama lain nya.
Teori-teori dalam sibernetika menjelaskan bagaimana proses fisik, biologis,
sosial,dan perilkaku bekerja. Dalam sibernetika, komunikasi dipahami sebagai
sistem bagian-bagian atau variable-variael yang saling mempengaruhi satu sama
lainnya, membentuk , serta mengontrol karakter keseluruhan sisitem,dan layaknya
organism, menerima keseimbangan dan perubahan.[1]
Tradisi sibernetika memandang
komunikasi sebagai mata rantai untuk menghubungkan bagian-bagian yang terpisah
dalam suatu sistem. Tradisi sibernetika mencari jawaban atas pertanyaan “How
can we get the bugs out of this system?”
Ide komunikasi untuk memproses
informasi dikuatkan oleh Claude Shannon dengan penelitiannya pada perusahaan
Bell Telephone Company. Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa informasi
hilang pada setiap tahapan yang dilalui dalam proses penyampain pesan kepada
penerima pesan. Sehingga pesan yang diterima berbeda dari apa yang dikirim pada
awalnya. Bagi Shannon, informasi adalah sarana untuk mengurangi ketidakpastian.
Tujuan dari teori informasi adalah untuk memksimalkan jumlah informasi yang
ditampung oleh suatu sitem. Dalam hal ini, gangguan (noise) mengurangi jumlah
kapasitas informasi yang dapat dimuat dalam suatu sistem.Shannonmendeskripsikan
hubungan antara informasi, gangguan (noise) dan kapasitas sistem dengan
persamaan sederhana, yaitu : kapasitas sistem = informasi + gangguan (noise).[2]
D.
Tradisi Sosiopsikologis(Komunikasi sebagai pengaruh antar
pribadi)
Tradisi
sosio-psikologi merupakan contoh dari perspektif ilmiah atau objektif. Dalam
tradisi ini, kebenaran komunikasi dapat ditemukan dengan dapat ditemukan dengan
teliti – penelitian yang sistematis. Tradisi ini melihat hubungan sebab dan
akibat dalam memprediksi berhasil tidaknya perilaku komunikasi. Carl Hovland
dari Universitas Yale meletakkan dasar-dasar dari hal data empiris yang
mengenai hubungan antara rangsangan komunikasi, kecenderungan audiens dan
perubahan pemikiran dan untuk menyediakan sebuah kerangka awal untuk mendasari
teori. Tradisi sosio-psikologi adalah jalan untuk menjawab pertanyaan “What can
I do to get them change?”[3]
Dalam kerangka “Who says what to whom
and with what effect” dapat dibagi menjadi tiga sebab atau alasan dari variasi
persuasif, yaitu :
Who – sumber dari pesan (keahlian,
dapat dipercaya)
What – isi dari pesan (menarik dengan
ketakutan, mengundang perbedaan pendapat)
Whom – karakteristik
audiens (kepribadian, dapat dikira untuk dipengaruhi)
Efek utama yang diukur adalah perubahan
pemikiran yang dinyatakan dalam bentuk skala sikap baik sebelum maupun sesudah
menerima pesan. Dalam hal ini kredibilitas sumber amat sangat menarik
perhatian.Adadua jenis dari kredibilitas, yaitu keahlian (expertness) dan
karakter (character). Keahlian dianggap lebih penting daripada karakter dalam
mendorong perubahan pemikiran.[4]
Tradisi dalam sosiopsikologis dalam
dibagi kedalam tiga cabang besar ; 1) perilaku; 2) kognitif; 3) biologis.
Dalam sudut pandang perilaku
teori-teori berkonsentrasi pada bagaimana manusia berprilaku dalam
situasi-situasi komunikasi.
Pendekatan kedua, yaitu teori kognetif
yang cukup banyak digandrungi saat ini.cabang ini berkosentrasi pada bagaimana
individu,memperoleh, menyimpan, dan memproses informasi dalam cara yang
mengarahkan output prilaku.
Variasi umum yang ketiga adalah dari
sudut pandang biologis. Para ahli percaya bahwa banyak dari sifat, cara
berpikir, dan prilaku individu di ikat secara biologis dan di dapat buka hanya
dari pembelajaran atau faktor-faktor situasi melainkan dari pengaruh-pengaruh
neorobilogis sejak lahir.
E.
Tradisi Sosiokultural (Komunikasi adalah ciptaan realitas
sosial)
Tradisi ini memfokuskan diri pada
bentuk-bentuk interaksi antar manusia daripada karakteristik individu atau
model mental. Interaksi merupakan proses dan tempat makna, peran, peraturan,
serta nilai budaya yang di
Jalankan. Meskipun individu
memproses informasi secara kognetif, tradisi ini kurang tertarik pada
komunikasi tingkat individu. Malahan, para peneliti dalam tradisi ini ingin
memahami cara-cara yang di dalamnya manusia bersama-sama menciptakan realitas
kelompok social mereka,organisasi,dan budaya.Tentu saja, kategori yang
digunakan oleh individu dalam memproses informasi di ciptakan secara social
dalam komunikasi, berdasarkan pada tradisi sosiokultural.
Para peneliti sosiokultural cendrung
menganut ide bahwa realitas itu di bentuk oleh bahasa, sehingga apapun yang
‘’ditemukan” harus benar-benar dipengaruhi oleh bentuk-bentuk interaksi
prosedur penelitian itu sendiri. Teori-teori tersebut cendrung berhubungan dengan
bagaaimana makna diciptakan dalam interaksi tersebut.
Para ahli sosiokultular
memfokuskan diri pada bagaimana identitas dinegoisasikan dari satu situasi ke
situasi lainnya. Budaya juga dilihat sebagai bagia penting atas apa yang dibuat
dalam interaksi social. Pada giliran nya budaya membentuk konteks bagi tindakan
dan interprestasi. Komunikasi merupakan sesuatu yang terjadi diantara
manusia,sehingga komunitas dianggap sangat penting dalam banyak teori tersebut.
Keragaman dalam Tradisi
Sosiokultural
Layaknya semua
tradisi, sosiokultural memiliki beragam sudut pandang yang berpengaruh paham
interaksi simbolis( symbolic
interactionism), konstruksionisme( constructionisme),
sosiolinguistik,filosofi bahasa,etnografi, dan etnometodologi. Paham
interaksi simbolis berasal dari kajian sosiologi melalui penelitian Herbert
Blumer dan George Herbert Mead yang menekan kan pentingnya observasi partisipan
dalam kajian komunikasi sebagai cara dalam mengeksplorasi hubungan-hubungan
social . Ide pokok dari paham interaksi simbolis telah diadopsi di elabirasi
oleh banyak pakar social serta saat ini dimasukkan kedalam kajian kelompok,
emosi, diri, politik, dan struktur social.[5]
Pengaruh ketiga dalam tradisi
sosiokultural teori komunikasi adalah sosiolinguistik atau kajian bahasa dan
budaya. Hal yang penting dalam tradisi ini adlah bahwa manusia menggunakan
bahasa secara berbeda dalam kelompok budaya dan kelompok social yang berbeda.
Bukan hanya media netral bahasa juga masuk ke dalam bentuk yang menentukan jati
diri kita sebagai makhluk social dan berbudaya.
Hal yang sangat erat kaitannya
dengan sosiolingiustik adalah karya philosophy
of language( pilosofi bahasa), yang utamanya berupa “filosofi bahasa
biasa”. Ludwig Wittgenstein filsuf asal Australia yang mencetuskan sudu pandang
ini,menyarankan bahwa makna bahasa bergantung pada penggunaan nyatanya. Bahasa,
seperti yang digunakan dlam kehidupan sehari-hari,merupakan permainan bahasa
karena manusia mengikuti aturan-aturan dalam mengerjakan sesuatu melalui
bahasa.[6]
Sudut pandang lain yang
berpengaruh dalam pendekatan sosiokultural adalah etnografi atau observasi tentang bagaimana kelompok social
membangun makna melalui perilaku linguistic dan non linguistic mereka.
Etnografi melihat bentuk-bentuk komunikasi yang digunakan dalam kelompok social
tertentu , kata-kata yang mereka gunakan, dan apa makna nya bagi mereka,
sebagaimana makna-makna bagi bagi keragaman perilaku,visual,dan respons audio.
Akhirnya, tradisi sosiokultural telah
dipengaruhi oleh etnometodologi(ethnomethodology)
atau observasi yang cermat akan perilaku-perialku kecil dalam
situasi-situasi nyata. Etnometodologi terutama dihubungkan dengan ahli
sosiologi Harorld Garfinkel, pendektan ini melihat percakapan,termasuk
cara-cara partisipan mengelola alur percakapan dengan bahasa dan perilaku
nonverbal.
F. Tradisi Kritik (Komunikasi
sebagai cerminan tantangan atas percakapan yang tidak adil)
Meskipun banyak keragaman tradisi kritik,semuanya
sama-sama memiliki tiga keistimewaan pokok. Pertama,tradisi kritik mencoba memahami sistem yang sudah di anggap
benar,struktur kekuatan, dan keyakinan – atau- ideology –yang mendominasi
masyarakat,dengan pandangan tertentu dimana minat-minat disajikan oleh
struktur-struktur kekuatan tersebut.
Kedua,
para ahli teori kritik pada umumnya tertarik dengan membuka kondisi-kondisi
sosial yang menindas dan rangkaian kekuatan untuk mempromosikan emansipasi atau
masyarakat yang lebih bebas dan lebih berkecukupan.
Teori
kritik yang ketiga, menciptakan
kesadaran untuk menggabungkan teori dan tindakan. Teori-teori tersebut
besrsifat normative dan bertindak untuk mendapatkan atau mencapai perubahan
dalam kondisi-kondisi yang memengaruhi masyarakat atau seperti yang dinyatakan
Della Pollock dan J. Robert Cox. “untuk membaca dunia dengan pandangan yang
dapat membentuknya”.
Teori-teori
kritik sangat luas, sehingga teori-teori tersebut selalu sulit ditempatkan dan
dikelompokan dalam keseluruhan teori komunikasi.
Keragaman dalam tradisi kritik
Meskipun tradisi kritik telah muncul sejak
Marx dan Friedrich Engels,marxisme merupakan cabang induk dari teori kritik.
Marx mengajarkan bahwa cara-cara produksi dalam masyarakat menentukan sifat
dari masyarakat. Oleh karena itu ekonomi adalah dasar dari semua struktur
sosial. Dalam sistem kapitalis,keuntungan mendorong produksi,suatu proses yang
berakhir dengan menekan buruh atau pekarja. Saat ini teori kritik marxis sangat
berkembang,meskipun teori ini telah bercabang dan multiteoretis.Beberapa ahli
teori kritik saat ini dengan senang hati mengadopsi ide-ide Marx pada ekonomi
politik,meskipun perhatian dasar akan konflik dialektik, dominasi, dan
penindasan tetap penting.Teori kritik saat ini sering dinamakan “ neo marxis”
atau “marxis”.
Frankfurt School adalah
cabang kedua dari teori kritik dan faktanya sangat bertanggung jawab terhadap
kemunculan istilah critical theory: Frankfurt
school masih sering digambarkan sebagai persamaan dengan istilah teori kritik
(critical theory). Frankfurt School merupakan Marxis dalam inspirasinya;
pertama, pengikut nya melihat kapitalisme sebagai tahap evolusi perkembangan
sosiolisme dan kemudian komunisme.[7]
Berikut
nya Teori post- kolonialisme mengacu pada kajian “ semua kebudayaan dipengaruhi
oleh proses kekaisaran dari era kolonialisme sampai hari ini. Inti dari teori
post-kolonialisme adalah gagasan yang dikemukakan oleh Edward Said bahwa proses
penjajahan menciptakan “kebedaan yang bertanggung jawab bagi gambaran yang
distereotipkan pada populasi kulit putih.
Akhirnya,
kajian feminis telah bertahun-tahun berpengaruh dalam tradisi kritik. Feminisme
didefinisikan secara beragam, mulai dari pergerakan untuk menyelamatkan hak-hak
wanita sampai semua bentuk usaha penekanan.
G. Tradisi Retorika (Komunikasi
sebagai seni berbicara didepan umum)
Retorika melibatkan sebuah rhetor atau penggunaan simbol yang
menciptakan sebuah teks atau artefak khusus untuk audiensi, bermasalah dengan
ragam desakan situasional.
Pada
zaman pertengahan (400-1400 Masehi) retorika berfokus pada permasalahan
penyusunan dan gaya.
Renainssnce (sekitar
1300-1600 Masehi) memandang sebuah kelahiran kembali dari retorika sebagai
filosofi seni. Francis Bacon, mencari persepsi petunjuk dengan penelitian
empiris, berpendapat bahwa kewajiban retorika adalah untuk “lebih baik
mengaplikasikan alasan dengan imajinasi supaya sesuai dengan keinginan.”
Ada
enam keistimewaan karakteristik yang berpengaruh pada tradisi komunikasi
retorika, yaitu : (1) sebuah keyakinan yang membedakan manusia dengan hewan
dalam kemampuan berbicara, (2) sebuah kepercayaan diri dalam berbicara didepan
umum dalam sebuah forum demokrasi, (3) sebuah keadaan dimana seorang pembicara
mencoba mempengaruhi audiens melalui pidato persuasif yang jelas, (4) pelatihan
kecakapan berpidato adalah landasan dasar pendidikan kepemimpinan, (5) sebuah
tekanan pada kekuasaan dan keindahan bahasa untuk merubah emosi orang dan
menggerakkannya dalam aksi, dan (6) pidato persuasi adalah bidang wewenang dari
laki-laki.
Bab
III
C.Kesimpulan
Bab IV
DAFTAR
PUSTAKA
[1] Buku;
Stephan. W.LittleJhon.,Teori Komuniasi.hal 59
[2] https://ahlikomunikasi.wordpress.com/2014/09/05/stephen-w-littlejohn-karen-a-foss-teori-komunikasi-3/